Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang ada di dalam saluran pencernaan dan tenggorokan. Guna mencegah munculnya penyakit ini, anak perlu mendapatkan imunisasi pada usia balita, baik imunisasi polio tetes atau oral, dan suntik. Dosis penguat bisa diberikan pada usia 4-6 tahun.
Penyakit polio bisa cukup menakutkan, karena pada kondisi tertentu, seseorang yang terinfeksi polio dapat mengalami cacat atau kelumpuhan permanen. Bahkan kondisi ini bisa menyebabkan kematian. Dan penyakit ini dapat muncul tanpa menunjukkan adanya gejala apa pun. Penyakit ini dapat menular melalui kontak dengan cairan yang keluar dari hidung, mulut, dan tinja seseorang yang sudah terinfeksi polio.
Mengenal Imunisasi Polio Lebih Jauh
Imunisasi polio merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari poliomyelitis atau infeksi polio, kondisi yang dapat membahayakan dan mengancam nyawa penderitanya. Setidaknya ada dua jenis imunisasi polio yang perlu Anda ketahui dan wajib diberikan kepada anak. Pertama, OPV atau imunisasi polio oral yang merupakan poliovirus yang sudah dilemahkan. Dan yang kedua adalah IPV atau imunisasi polio suntik yang menggunakan poliovirus yang sudah dimatikan atau dinonaktifkan dan kemudian diberikan melalui suntikan.
IPV diberikan empat kali pada saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 hingga 18 bulan. Dosis penguat atau booster diberikan saat usia diantara 4 hingga 6 tahun. Sedangkan OPV diberikan sejak anak berusia 0-59 bulan. Bahkan, jika pada saat Pekan Imunisasi Nasional anak sudah mendapatkan polio lengkap, anak tetap harus mendapatkan imunisasi polio oral atau tetes. Hal ini berguna untuk membersihkan virus polio liar yang ada di dalam usus secara serempak.
Kenali Efek Samping Setelahnya
Meski imunisasi polio merupakan hal yang wajib dilakukan agar anak terhindar dari polio, bukan berarti tanpa efek samping. IPV atau imunisasi polio suntik dapat menyebabkan kemerahan pada bagian yang disuntik. Anak juga dapat mengalami demam ringan. Demam ini dapat diatasi dengan memberikan ibuprofen atau acetaminophen, disesuaikan dengan usia anak Anda dan selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
OPV atau imunisasi polio oral, yang diberikan melalui tetes mulut, dapat menyebabkan diare ringan tanpa demam. Tapi efek samping ini sangat jarang terjadi.
Perhatikan Ini Dulu Sebelum Anak Imunisasi Polio
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, imunisasi polio merupakan salah satu imunisasi yang wajib dilakukan jika Anda tidak ingin anak terkena polio hingga lumpuh atau bahkan meninggal. Tapi ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum melakukan imunisasi polio. Ada beberapa kondisi tertentu yang mengharuskan anak untuk tidak melakukan imunisasi, atau menunda pemberian imunisasi.
Jika anak Anda mengalami reaksi alergi yang parah terhadap imunisasi polio suntik, maka dianjurkan untuk tidak melakukan imunisasi polio suntik lagi. Selain itu, anak yang alergi terhadap kandungan polymyxin B, streptomycin, dan neomycin juga disarankan tidak menerima imunisasi polio.
Bagi anak yang sedang sakit yang cukup parah atau sedang, Anda perlu menunda pemberian imunisasi hingga anak benar-benar sembuh. Namun jika anak Anda hanya sakit ringan, seperti seperti batuk dan pilek tanpa adanya demam, anak tetap boleh menerima vaksinasi.
Imunisasi IPV atau OPV sebenarnya masih termasuk aman untuk dilakukan. Jadi, sekalipun efek samping mungkin dapat menghampiri anak Anda, jangan jadikan hal tersebut sebagai alasan untuk tidak melakukan imunisasi polio. Perhatikan dan ingat baik-baik kapan jadwal imunisasi anak Anda, ya, Bunda.
sebuah portal berita mulai dari berita Indonesia hingga dunia, gosip hot selebriti, resensi film dan musik, dan berbagai artikel menarik
via Situs Hiburan Terkeren